STRES dan
KONFLIK dalam KOMUNIKASI ORGANISASI
Disusun oleh:
Kelompok 4
Adinda Amalia 150240169
Sabariani 150240114
Amalia Riona 150240146
Belsa Eka
Liana 150240149
vini sumarni 150240183
Faridah 150240101
Dicky Ageng
Pangestu 150240105
Putri Sari
Rafhani 150240154
Jurusan
Ilmu Komunikasi
Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas
Malikussaleh
Tahun
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas
kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tepat waktu.
Dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengasuh mata kuliah
Komunikasi Organisasi sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Stres dan Konflik dalam Komunikasi Organisasi ”.
Penulis berharap
kepada pembaca agar bisa menyampaikan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan yang lebih baik untuk makalah ini.
Akhir kata
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan makalah ini.
Bukit
Indah, 02 November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
i
DAFTAR ISI..................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................. 3
2.1 Pengertian Stres
dan Konflik................................................................. 3
a.
Stres.................................................................................................... 3
1.
Faktor Terjadinya Stres dalam Organisasi............................... 4
2.
Urutan Yang Menimbulkan Suatu Reaksi Stres...................... 5
3.
Strategi Menghindari Stres......................................................... 6
b.
Konflik................................................................................................ 6
1.
Penyebab dan Dampak Timbulnya konflik.............................. 7
2.
Strategi Mengatasi Konflik dalam Organisasi.......................... 8
BAB III
PENUTUP..................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah
satu masalah paling serius dan sering terjadi yang menimpa individu dan
anggota-anggota organisasi adalah masalah stress dan konflik.
Tidak
dapat kita pungkiri bahwa seiring berkembangnya kebutuhan, seiring cepatnya
mobilitas kehidupan banyak kita jumpai orang-orang disekitar kita yang tidak
sanggup bertahan menghadapi kegagalan-kegagalan yang terjadi dalam
kehidupannya, bahkan tak luput mereka yang berhasil pun terkadang hanyut, takut
kegagalan akan menimpanya. Orang-orang yang gagal, tertimpa musibah, tak mampu
bersabar lantas keluh kesah pun menjadi semacam obat penawar kegelisahannya,
walaupun itu tak membuatnya merubah keadaan menjadi lebih baik. Namun sebaliknya, membuat dia semakin tenggelam dalam
kegagalan. Lalu timbulah penyakit dan masalah baru dalam dirinya
yang disebut stres. Stres
kerap melanda dalam kehidupan, terlebih di saat seperti ini, dimana kesibukan
baik pada pekerjaan maupun keluarga, seolah tak ada putusnya. Berbagai
masalah yang sering terjadi di dalam kehidupan terkadang membuat kita merasa
terbebani dan menjadi stres. Stres memang suatu hal yang sulit dihindari, tapi
bukan berarti hal tersebut tidak bisa diatasi.
Stres
menimbulkan pengaruh yang merusak dan berbahaya bagi kesehatan jasmani dan
rohani seseorang. Cara orang berkomunikasi bisa jadi menimbulkan stress pada
diri mereka dan orang lain, karena komunikasi menimbulkan stres dan juga
merupakan respons terhadap stres, strategi untuk mengurangi stres dapat
diperkenalkan dalam berbagai waktu.
Begitu
pula dengan konflik, konflik terjadi karena adanya intraksi yang di sebut
dengan komunikasi, hal ini di maksudkan apabila kita ingin mengetahui konflik
berati kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. ketika suatu
konflik muncul di dalam sebuah lembaga atau organisasi, penyebabnya selalu
diidentifikasikan sebagai komunikasi yang kurang baik, di lain pihak, konflik
diakibatkan juga oleh perbedaan kepentingan, pikiran, latar belakang kebudayaan
dan intensitas komunikasi yang terjalin secara intens.
Selama kita hidup, stres
tidak akan pernah bisa kita hindari. Terimalah bahwa dalam hidup kita selalu
akan muncul yang namanya stres. Tidak ada seorangpun yang bisa secara total
menghindari stres.
Begitu
juga dengan konflik, tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya
akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasar
latar belakang masalah di atas, maka penyusun mengankat rumusan masalah sebagai
berikut:
a.
Apakah pengertian stres dan konflik ?
b.
Bagaimanakah urutan terjadinya stres ?
c.
Apa saja strategi menghindari stres dan
konflik ?
d.
Apa saja penyebab dan dampak timbulnya
konflik ?
1.3 Tujuan
dan Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran
secara umum tentang:
a. Memahami
pengertian stres dan konflik
b. Memahami
urutan terjadinya stres
c. Memahami
strategi menghindari stres dan konflik
d. Memahami
penyebab dan dampak timbulnya konflik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Stres dan Konflik
a.
Stres
Stres adalah suatu keadaan yang dinamis seorang
indvidu dihadapan kepada pluang dan tuntutan atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh
seorang individu itu dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.
Stres dapat diartikan sebagi bentuk reaksi terhadap
tekanan yang intensitanya sudah terlalu tinggi.
Stress dapat didefinisikan sebagai penderitaan
jasmani, mental, atau emosional yang diakibatkan interpretasi atas suatu
peristiwa sebagai suatu ancaman bagi agenda pribadi seorang individu.
Peristiwa yang tampaknya menimbulkan interpretasi
negatif yang menjelma menjadi reaksi yang menybabkan stres termasuk kematian
kerabat terdekat, perceraian, kecelakaan, konflik dengan atasan. Dari suatu
peristiwa yang memberikan dampak yang negatif dapat menjadi ancaman pribadi
individu. Suatu respons stress sangat tergantung bagaimana cara seseorang
menginpretasikan suatu peristiwa. Menginpretasikan suatu peristiwa berarti
bahwa kita memberikan makna peristiwa itu bagi kita sendiri, yaitu respon kita
terhadap masalah tersebut. Kalau kita menilai bahwa peristiswa tersebut
mengancam, maka sangat berpotensi menimbulkan reaksi negatif dan menyakitkan
yang kita sebut dengan stress.
Kita bisa melihat dari konsekuensi negatif stres
yang berpengaruh pada 5 kategori, yaitu:
1.
Perubahan
jasmani seperti isomnia, sakit kepala, sakit leher, kejang otot, pola mens yang
tidak teratur, asma, impotensi, rambut rontok berlebihan.
2. Emosional,
Mencakup perubahan kepribadian, kejengkelan, kecemasan, depresi, khawatir, frustasi, mudah marah.
3.
Mental,
yang mencakup konsentrasi lemah, sikap negatif bicara dengan diri sendiri.
4. Relasional,
Perasaan terasing, intoleransi, kesepian, mengecam orang lain.
5. Spiritual,
Merasa hampa, keraguan, kehilangan pegangan, sinisma, apatis, tidak mau
memaafkan.
Setiap
peristiwa ditafsirkan sebagai ancaman yang mungkin bagi tujuan seseorang
menghasilkan konsekuensi negatif yang bersifat jasmani, mental, relasional,
atau spiritual.
Secara
lebih khusus stres dapat diartikan sebagai kendala dan tuntutan. Kendala adalah
suatu kekuatan yang mencegah kekuatan individu dari melakukan apa yang sangat
di inginkan sedangkan tuntutan adalah hilangnya sesuatu yang sangat di
inginkan.
Salah satu masalah paling serius yang menimpa
anggota-anggota organisasi adalah masalah stres. Mengenai stres yang berkaitan
dengan pekerjaan secara ajeg menunjukkan bahwa stres menimbulkan pengaruh yang
merusak dan berbahaya bagi kesehatan jasmani dan rohani pekerja.
Perilaku
komunikasi dan reaksi telah lama dianggap antesden dan konsekuensi keadaan yang
penuh stres. Dengan kata lain, cara orang berkomunikasi boleh jadi menimbulkan
stres pada diri mereka dan orang lain, dan stres boleh jadi mempengaruhi cara
orang berorganisasi. Sasaran perubahannya mungkin sikap dan perilaku individu,
norma dan perilaku kelompok, atau kebijakan dan prioritas organisasi.
1.Faktor Terjadinya Stres dalam Organisasi
:
·
Kondisi lingkungan kerja yang suhu
terlalu panas, terlalu dingin, sesak, dan ribet.
·
Otoritas kerja yang tidak memadai yang
berhubungan dengan tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antara
karyawan yang frustasi dalam kerja.
·
Kondisi
lingkungan kerja yang suhu terlalu panas, terlalu dingin, sesak, dan ribet.
·
Beban kerja yang dirasakan terlalu berat
·
Waktu kerja yang mendesak.
2.Urutan yang menimbulkan
suatu reaksi stres :
·
Peristiwa = suatu kejadian nyata atau dibayangkan
·
Interpretasi = suatu evaluasi mental atas suatu
peristiwa dalam arti bagaimana
hal itu mengancam suatu aspek agenda pribadi seorang individu
·
Konsekuensi negatif = penderitaan
jasmani, mental atau emosional
Respon terhadap stres pada manusia sangat
terpersonalisasikan dan bervariasi bagi setiap orang bahkan pada seorang
individu pada saat-saat yang berbeda. Menginterpretasikan
suatu peristiwa berarti bahwa anda memberinya makna dan mampu menjelaskan apa
makna peristiwa tersebut bagi anda; atau dengan kata lain anda mampu
menjelaskan pada diri anda sendiri, sekurang-kurangnya, apa jenis potensial
yang mungkin ditimbulkan peristiwa tersebut terhadap suatu aspek agenda atau
tujuan pribadi anda.
Suatu konsekuensi negative terdiri
dari suatu penderitaan jasmani atau emosional. Setidaknya lima kategori
konsekuensi negative telah diidentifikasikan: jasmani, mental, relasional, dan
spiritual. Konsekuensi negative jasmani meliputi berbagai perubahan jasmani dan
penyakit seperti sulit tidur (insomnia), sakit kepala, eksim, sakit leher dan
bahu, kejang otot, borok perut, mens yang tidak teratur, impotensi, asma,
penyakit kardiovaskular, hipertensi, rambut rontok secara berlebihan dan
kebotakan.
Konsekuensi emosional negative tidak
hanya mencakup perubahan kepribadian, kejengkelan, kecemasan dan depresi; namun
juga mimpi buruk, menangis terus-menerus, khawatir, mudah marah, frustasi, dan
kepercayaan tidak ada orang yang mempedulikannya. Erat kaitannya dengan problem
emosional adalah konsekuensi mental negative seperti mudah lupa, konsentrasi
lemah, sikap negative, kebingungan, kelesuan, kebosanan, bicara dengan diri
sendiri, dan ketumpulan panca indera. Konsekuensi rasional negative meliputi
kondisi-kondisi seperti perasaan terasing, intoleransi, kebencian, kesepian,
kebungkaman, mengomel, ketidakpercayaan, kurang intim, dan mengecam orang lain.
Konsekuensi spiritual negative dialami sebagai suatu kehilangan makna,
kehampaan, keraguan, kehilangan pegangan, sinisme, apati, dan tidak mau
memaafkan.
3.
Strategi
Menghindari Stres
Menurut Edward, A Chaerleswort
strategi menyelesaikan stres baik secara individual maupun organiasi lembaga
yaitu lihat tabel di bawah ini:
No
|
Individual
|
Lembaga Organisasi
|
1
|
Menguatkan
keimanan
|
Memperbaiki
iklim organisasi
|
2
|
Meditasi dan
pernafasan
|
Memperbaiki
lingkungan fisik
|
3
|
Olah
raga
|
Melakukn
analisis dan kejelasan tugas
|
4
|
Relaksasi
|
Merubah
struktur dan proses organisasi
|
5
|
Dukungan
sosial, teman-teman dan keluarga
|
Meningkatkan
partisipasi dan pengambilan keputusan
|
6
|
Menghindari
kebiasaan yang membosankan
|
Restrukturisasi
tugas
|
7
|
Trapi
|
Menetapkan
konsep manajemen berdasarkan sasaran
|
b.Konflik
Konflik adalah suatu “perjuangan
yang diekspresikan antara sekurang-kurangnya dua pihak yang saling bergantung,
yang mempersepsi tujuan-tujuan yang tidak sepadan, imbalan yang langka, dan
gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan mereka”.Tanda-tanda awal konflik
mungkin terlihat dalam peningkatan intensitas ketidaksepakatan di antara
anggota-anggota kelompok. Komentar-komentar yang sebelumnya netral bernada
tidak ramah. Bila anggota-anggota suatu kelompok mempunyai tujuan bersama,
kemungkinannya kecil bahwa konflik akan berkembang.
Berkaitan dengan hal tersebut,
Handoko (1995:346) mengemukakan bahwa:
“Konflik organisasi adalah ketidak sesuaian antara dua
atau lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena
adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas
atau kegiatan-kegiatan kerja dan/atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai
perbedaan status.
Menurut
Wijono Ciri-ciri Konflik adalah :
1). Setidak-tidaknya ada dua pihak secara
perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling
bertentangan.
2).
Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun
kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya
nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.
3). Munculnya interaksi yang seringkali
ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling
meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh
keuntungan.
4). Munculnya tindakan yang saling
berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut.
5).
Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait
dengan kedudukan, statussosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga
diri, prestise dan sebagainya.
1.Penyebab dan Dampak Timbulnya Konflik
Secara umum biasanya penyebab timbulnya konflik
terjadi karena dibawah ini:
1. Adanya aspirasi yang tidak ditampung.
2. Saling ketergantungan tugas.
3. Ketergantungan satu arah.
4. Ketidakpuasan, perasaan ketidakadilan.
5. Distorsi komunikasi.
6. Tidak ada pedoman.
7. Aturan yang kurang jelas.
8. Kurang transparannya beberapa hal.
Selanjutnya
Suyono, menyebutkan bahwa dalam konflik organisasi terdapat dampak disfungsi
dan fungsi, dampak disfungsi dapat diartikan juga sebagai dampak negatif, dan
fungsi diartikan sebagai dampak positif.
Dampak
negatif, yaitu :
1.
Konflik
mengakibatkan job stress, perasaan terbakar, dan ketidakpuasan.
2.
Komunikasi
antar inidividu dan kelompok menjadi berkurang.
3.
Iklim
ketidakpercayaan dan kecurigaan berkembang.
4.
Hubungan
antar orang tercederai.
5.
Kinerja
pekerjaan berkurang.
6.
Perlawanan
atas perubahan meningkat, dan
7.
Komitmen
dan kesetiaan organisasi akan terpengaruh.
Dampak
positif, yaitu :
1.
Konflik
merangsang inovasi, kreativitas, dan perubahan.
2.
Proses
pembuatan keputusan dalam organisasi akan terimprovisasi.
3.
Solusi
alternatif atas satu masalah akan ditemukan
4.
Konflik
membawa solusi sinergis bagi masalah bersama.
5.
Kinerja
individu dan kelompok akan lebih kuat.
6.
Individu
dan kelompok dipaksa untuk mencari pendekatan baru atas masalah, dan
7.
Individu
dan kelompok perlu lebih mengartikulasi dan menjelaskan posisi mereka.
2. Strategi Mengatasi Konflik dalam
Organisasi
Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin
dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama atau tidak kerjasama dan tegas
atau tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada enam
macam pendekatan penyelesaian konflik
menurut Thomas ialah:
1. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan
jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika
potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya.
Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang
berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Misalnya manajer yang terlibat didalam
konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil
waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
2. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Misalnya pegawai yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Misalnya pegawai yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
3. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
4. Kompromi
atau Negosiasi Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang
bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua
pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5. Memecahkan
Masalah atau Kolaborasi Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang
terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.Perlu adanya satu komitmen dari semua
pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama
lainnya.
6.
Mengadakan
perubahan peran dan struktur organisasi.
Mengendalikan
konflik berarti menjaga tingkat konflik yang kondusif bagi perkembangan
organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika
organisasi yang optimal.
Namun
bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik perlu
diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
1. Mempertegas
atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di
antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai
suatu unit kerja saja.
2. Meminimalkan
kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme diatara
unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator
dari dua atau lebih unit kerja.
3. Memperbesar
sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta
anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.
4. Membentuk
forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama.
Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan
permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
5. Membentuk
sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang akan
mendengarkan dan membuat keputusan.
6. Pelembagaan
kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak
yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan perselisihan.
7. Meningkatkan
intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin
sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan
untuk memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
BAB
III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Konflik dan stress adalah dua hal yang beriringan
dalam perilaku organisasi. Keduanya memiliki pengaruh yang baik atau positif
dan juga pengaruh buruk atau negatif. Dan keduanya merupakan perkara yang tidak
bisa dihindari dalam dinamika organisasi. Ibarat sayur tanpa garam, hambar rasanya.
Demikian juga organisasi akan datar kelihatannya bila tanpa konflik dan stress.
Oleh karenanya, konflik dan stress sebenarnya bisa menjadi vitamin bagi
pendewasaan organisasi sekaligus pribadi warga organisasi. Kata kunci untuk
menghadapi konflik dan stress adalah positif thinking dan selalu terbuka pada
setiap perubahan. Dengan demikian sikap positif terhadap konflik dan persepsi
baik tentang stress mmenjadi keniscayaan dalam mengokohkan diri dan mematangkan
organisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Halimi.2014.Stress
dalam organisasi.Internet.Http://pascasarjana-halimi.blogspot.co.id.Diakses
pada tanggal 02 November 2016.
Lesmana,Catherine.2013.Stress
dan Konflik dalam Komunikasi Organisasi di Perusahaan.Internet.Diakses pada
tanggal 02 November 2016.
Marinimar.2013.Stress
Konflik dan Komunikasi
Organisasi.Internet.http://marinimar.blogspot.co.id.Diakses pada tanggal 02
November 2016.
Shirotuna.2014.Stress
dan Konflik.Internet.Http://shirotuna.blogspot.com.Diakses pada tanggal 02
November 2016.